BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Analisis
laporan keuangan adalah suatu proses penelitian laporan keuangan beserta
unsure-unsurnya yang bertujuan untuk mengevaluasi dan memprediksi kondisi
keuangan perusahaan atau badan usaha dan juga mengevaluasi hasil-hasil yang
telah dicapai perusahaan atau badan usaha pada masa lalu dan sekarang.
Analisis terhadap laporan keuangan
suatu perusahaan pada dasarnya karena ingin mengetahui tingkat keuntungan dan
tingkat risiko dan tingkat kesehatan suatu perusahaan.
Analisis terhadap
laporan keuangan suatu perusahaan pada dasarnya karena ingin mengetahui tingkat
keuntungan dan tingkat risiko dan tingkat kesehatan suatu perusahaan. Analisis
semacam ini mengharuskan seorang analis untuk melakukan beberapa hal :
1.
Menentukan dengan jelas
tujuan analisis
2.
Memahami konsep-konsep
dan prinsip-prinsip yang mendasari laporan keuangan dan rasio-rasio keuangan
yang diturunkan dari laporan keuangan tersebut
3.
Memahami kondisi
perekonomian dan kondisi bisnis lain pada umumnya yang berkaitan dengan
perusahaan dan mempengaruhi usaha perusahaan
Sebelum
melakukan analisis seorang analis harus memahami ketiga langkah diatas,baru
kemudian melakukan analisis dengan menggunakan alat-alat analisis seperti
rasio-rasio keuangan atau rasio-rasio lainnya.
Dalam melakukan analisis terhadap laporan keuangan tersebut
diperlukan beberapa tolak ukur. Analisis yang biasa dipakai adalah rasio atau
indeks yang merupakan perbandingan di antara data-data keuangan. Analisis rasio
keuangan merupakan alat utama yang dapat digunakan dalam melakukan analisis
terhadap laporan keuangan.
Melalui analisis rasio dapat dihasilkan pengukuran dalam
bentuk rasio atau relatif dan bukan dalam angka yang absolut. Dengan demikian
dapat mempermudah dalam melihat perubahanperubahan yang terjadi, apakah
menunjukkan arah yang tetap, meningkat atau bahkan menurun. Faktor-faktor yang
paling utama untuk mendapatkan perhatian analisis adalah tingkat likuiditas,
profitabilitas atau rentabilitas, solvabilitas dan aktivitas. Likuiditas dapat
menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya
yang harus segera dipenuhi atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban
keuangannya pada saat ditagih. Profitabilitas dapat menunjukkan kemampuan
perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Solvabilitas dapat
menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya apabila
perusahaan tersebut dilikuidasikan, baik kewajiban jangka pendek maupun
kewajiban jangka panjang. Aktivitas dapat mengukur sejauh mana efektivitas
perusahaan dalam menggunakan sumber dayanya.
A. RUMUSAN MASALAH
1.
Apa itu Analisis Common Size?
2.
Apa itu Analisis Rasio?
3.
Bagaimana Analisis Perbandingan Laporan Keuangan!
B. TUJUAN DAN MANFAAT
1.
Tujuan
a.
Untuk mengetauhi Analisis Common Size.
b.
Untuk Mengetauhi Analisis Rasio.
c.
Untuk memahami Analisis Perbandingan Laporan Keuangan.
2.
Manfaat
a.
Bagi penulis adalah agar dapat mengetahui dan memahami arti dan manfaat
dari Perbandingan Akuntansi Sektor Publik dengan Akuntansi Bisnis dalam dunia
pendidikan.
b.
Agar berguna sebagai informasi
bagi pihak-pihak yang berkepentingan, khususnya teman-teman mahasiswa yang
ingin mempelajari tentang Akuntansi Sektor Publik dengan Akuntansi Bisnis.
BAB
II
PEMBAHASAN
I.
Analisis Common Size dan Analisis Rasio
A. Analisis common-size
Analisis Common
Size adalah analisis yang disusun dengan menghitung tiap-tiap rekening dalam
laporan laba-rugi dan neraca menjadi proporsi dari total penjualan (untuk
laporan laba-rugi) atau dari total aktiva (untuk neraca).
Laporan keuangan
dalam persentase per-komponen (Common-size
statement) menyatakan masing-masing posnya dalam satuan persen atas dasar
total kelompoknya, cara penyusunan laporan keuangan ini disebut teknik analisis
common-size dan termasuk metode analisis vertikal.
Suatu neraca
yang disusun dalam persentase per-komponen (Common-size
statement) dapat memberikan informasi sebagai berikut:
1. Komposisi investasi (aktiva) suatu perusahaan dapat memberikan
gambaran tentang posisi relatif aktiva lancar terhadap aktiva tak lancar.
2. Struktur modal (komposisi pasiva),
yang dapat memberikan
gambaran mengenai posisi relatif utang perusahaan terhadap modal sendiri.
Informasi
hasil analisis bermanfaat untuk menilai tepat tidaknya kebijakan
(operasi, investasi, dan pendanaa) yang diambil oleh perusahaan di masa lalu,
serta kemungkinan pengaruhnya terhadap posisi dan kinerja keuangan perusahaan
di masa yang akan datang.
Persentase
per komponen setiap elemen laporan keuangan dapat dihitung dengan rumus sebagai
berikut :
1. Elemen2 Aktiva
= Elemen ybs / Total Aktiva
2. Elemen2 Pasiva
= Elemen ybs / Total Pasiva
3. Elemen2
Laba/Rugi = Elemen ybs / Penjualan
Laporan
dengan prosentase per komponen menunjukan prosentase dari total aktiva yang
telah diinvestasikan dalam masing-masing jenis aktiva. Dengan mempelajari
laporan dengan prosentase ini dan memperbandingkan dengan rata-rata industri
sebagai keseluruhan dari perusahaan yang sejenis, akan dapat diketahui apakah
investasi kita dalam suatu aktiva melebihi batas-batas yang umum berlaku (over
investment) atau justru masih terlalu kecil (under investment), dengan demikian
untuk periode berikutnya kita dapat mengambil kebijaksanaan - kebijaksanaan
yang perlu, agar investasi kita dalam suatu aktiva tidak terlalu kecil ataupun
terlalu besar.
Laporan
dengan cara ini juga menunjukan distribusi daripada hutang dan modal, jadi
menunjukan sumber-sumber darimana dana yang diinvestasikan pada aktiva
tersebut. Study tentang ini akan menunjukan sumber mana yang merupakan sumber
pokok pembelanjaan perusahaan., juga akan menunjukan seberapa jauh perusahaan
menggunakan kemampuannya untuk memperoleh kredit dari pihak luar, karena dari
itu juga dapat diduga atau diketahui berapa besarnya margin of safety yang
dimiliki oleh para kreditur.
Prosentase
per komponen yang terdapat pada neraca akan merupakan prosentase per komponen
terhadap total aktiva, sehingga perbandingan secara horizontal dari tahun ke
tahunnya akan menunjukan trend daripada hubungan (trend of relationship), dan
tidak menunjukan ada tidaknya perubahan secara absolut. Perubahan ini dapat
dilihat kalau dikembalikan pada data absolutnya. Jadi perubahan dari tahun ke
tahun tidak menunjukan secara pasti adanya perubahan dalam data absolut.
Laporan
dalam prosentase per komponen dalam hubungannya dengan laporan rugi-laba,
menunjukan jumlah atau prosentase dari penjualan netto atau net sales yang
diserap tiap - tiap individu biaya dan prosentase yang masih tersedia untuk
income. Oleh karena itu Common Size percentage analysis banyak digunakan oleh
perusahaan dalam hubungannya dengan income statement, karena adanya hubungan
yang erat antara penjualan, harga pokok dan biaya operasi, sedang untuk neraca
tidak banyak digunakan.
Dalam
laporan prosentase per komponen (Common Size statement) semua komponen atau pos
dihitung prosentasenya dari jumlah totalnya, tetapi untuk lebih meningkatkan
atau menaikan mutu atau kwalitas data maka masing-masing pos atau komponen
tersebut tidak hanya prosentase dari jumlah totalnya tetapi juga dihitung
prosentase dari masing-masing komponen terhadap sub totalnya, misalnya komponen
aktiva lancar dihubungkan atau ditentukan prosentasenya terhadap jumlah aktiva
lancar, komponen hutang lancar terhadap jumlah hutang lancar dan sebagainya.
Contoh Analisis Common-Size:
PT. BAGAS PERKASA JAYA
Neraca
Komparatif dalam Persentase Per-Komponen
Per 31 Desember
2009 dan 2010
(Dalam Ribuan Rupiah)
NERACA
|
31 Desember
|
Common-Size
(%)
|
||
2009
|
2010
|
2009
|
2010
|
|
AKTIVA
|
||||
Aktiva Lancar
|
||||
Kas
|
Rp
1.300
|
Rp
1.200
|
9,29
|
7,50
|
Piutang Dagang
|
Rp
1.200
|
Rp
1.000
|
8,57
|
6,25
|
Persediaan
|
Rp
2.200
|
Rp
2.600
|
15,71
|
16,25
|
Total Aktiva Lancar
|
Rp
4.700
|
Rp
4.800
|
33,57
|
30,00
|
Aktiva Tetap
|
||||
Tanah
|
Rp
2.300
|
Rp
3.700
|
16,43
|
23,13
|
Gedung
|
Rp
4.000
|
Rp
4.000
|
28,57
|
25,00
|
Mesin
|
Rp
4.000
|
Rp
5.000
|
28,57
|
31,25
|
Akumulasi Depresiasi
|
Rp(1.000)
|
Rp(1.500)
|
(7,14)
|
(9,38)
|
Total Aktiva Tetap
|
Rp
9.300
|
Rp11.200
|
66,43
|
70,00
|
Total Aktiva
|
Rp14.000
|
Rp16.000
|
100%
|
100%
|
PASIVA (UTANG & MODAL)
|
||||
Utang Lancar
|
Rp
2.500
|
Rp
2.200
|
17,86
|
13,75
|
Utang Jangka Panjang
|
Rp
4.500
|
Rp
6.000
|
32,14
|
37,50
|
Modal
|
Rp
7.000
|
Rp
7.800
|
50,00
|
48,75
|
Total Utang & Modal
|
Rp14.000
|
Rp16.000
|
100%
|
100%
|
Cara
perhitungan persentase per-komponen adalah: Pos-pos di dalam neraca
dikategorikan menjadi dua, yaitu aktiva dan pasiva. Masing-masing kategori ini
(total aktiva dan total pasiva) dinyatakan sebesar 100%, sedangkan
masing-masing pos yang termasuk pada masing-masing kategori dinyatakan dalam
persentase atas dasar total aktiva atau pasiva (kategori).
% Kas = (Saldo Kas/Total Aktiva) x 100%
= (Rp 1.300/Rp 14.000) x 100% = 9,29%
⇒ Yang lainnya dihitung dengan cara yang
sama.
Dari neraca yang disusun
dalam persentase per-komponen tersebut, tampak bahwa selama dua tahun, telah
terjadi perubahan pada komposisi, baik aktiva (misalnyakas, persediaan) maupun
pasiva (misalnya utang jangka panjang).
PT. BAGAS PERKASA JAYA
Laporan
Laba-Rugi Komparatif dalam Persentase Per-Komponen
Per 31 Desember
2009 dan 2010
(Dalam Ribuan Rupiah)
LABA-RUGI
|
Tahun
|
Common-Size
(%)
|
||
2009
|
2010
|
2009
|
2010
|
|
Penghasilan
|
Rp 150.000
|
Rp 200.000
|
100%
|
100%
|
Harga Pokok Penjualan
|
Rp
(50.000)
|
Rp (60.000)
|
(33,33)
|
(30,00)
|
Laba Kotor
|
Rp
100.000
|
Rp
140.000
|
66,67
|
70,00
|
Biaya Pemasaran
|
Rp (25.000)
|
Rp (34.000)
|
(16,67)
|
(17,00)
|
Biaya Administrasi
|
Rp
(20.000)
|
Rp (28.000)
|
(13,33)
|
(14,00)
|
Biaya Bunga
|
Rp
(10.000)
|
Rp (14.000)
|
(6,67)
|
(7,00)
|
Laba Sebelum Pajak
|
Rp
45.000
|
Rp
64.000
|
30,00
|
32,00
|
Pajak (15%)
|
Rp
(6.750)
|
Rp
(9.600)
|
(4,50)
|
(4,80)
|
Laba Bersih
|
Rp
38.250
|
Rp
54.400
|
25,50
|
27,20
|
Cara perhitungan persentase
per-komponen adalah: Pos-pos dalam perhitungan laba-rugi yang dinyatakan dalam
persentase per-komponen atas dasar total penghasilan (total penghasilan
dinyatakan sebesar 100%).
% Harga Pokok Penjualan = (Saldo Harga
Pokok Penjualan/Total Penghasilan) x 100%
= Rp 60.000/Rp
200.000 x 100%
= 30%
⇒ Yang lainnya dihitung dengan cara yang sama.
Dari perhitungan laba-rugi,
tampak bahwa distribusi setiap Rp 1,00 penjualan kepada harga pokok penjualan
misalnya mengalami penurunan, meskipun distribusi untuk biaya lainnya
(pemasaran, administrasi, dan bunga), secara total mengalami kenaikan.
B.
Analisis Rasio
1.
Pengertian Analisis Rasio
Analisa rasio adalah analisis yang menghubungkan perkiraan
neraca dan laporan laba rugi terhadap satu dengan yang lainnya, yang memberikan
gambaran tentang sejarah perusahaan serta penilaian terhadap suatu perusahaan
tertentu. Analisis rasio keuangan memungkinkan manajer keuangan meramalkan
reaksi para calon investor dan kreditur dapat ditempuh untuk memperoleh dana.
2. Manfaat Analisis Rasio
Manfaat Analisis Rasio adalah sebagai berikut :
1.
Membantu penganalisis untuk mengetahui keadaan
2.
Perkembangan keuangan
perusahaan yg bersangkutan.
Untuk mengambil manfaat rasio keuangan kita memerlukan standar untuk
perbandingan. Salah satu pendekatan adalah membandingkan rasio-rasio perusahaan
dengan pola industri atau lini usaha di mana perusahaan secara dominan
beroperasi.
3. Kategori
Analisis Rasio
Kategori Analisis Rasio sebagai berikut :
1)
Rasio Likuiditas
Menurut Jusuf (2006:50),
rasio likuiditas adalah rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam
memenuhi kewajiban jangka pendeknya termasuk bagian dari kewajiban jangka panjang
yang telah berubah menjadi kewajiban jangka pendek). Pengertian rasio
likuiditas menurut Munawir (2004:31) adalah rasio yang mengukur kemampuan
perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi,
atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya pada saat
ditagih.
2)
Rasio Profitabilitas
Menurut Agnes (2005:21), profitability
ratio (rasio profitabilitas) adalah suatu rasio yang menunjukan kemampuan
perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva
maupun modal sendiri. Menurut Munawir (2004:43), rentabilitas atau
profitability adalah menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan
laba selama periode tertentu. Pengertian profitabilitas (kemampuan mencapai
laba) menurut Aliminsyah dan Padji (2003:206) adalah suatu kemahiran untuk
memperoleh hasil dalam dunia usaha dengan perhitungan yang seksama.
3)
Rasio Solvabilitas
Pengertian rasio
solvabilitas menurut Riyanto (2001:224) adalah kemampuan perusahaan untuk membayar
semua utang-utangnya (baik jangka pendek maupun jangka panjang). Solvabilitas
suatu perusahaan menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi segala
kewajiban finansialnya apabila perusahaan sekiranya saat ini dilikuidasikan.
4)
Rasio Aktivitas
Rasio aktivitas atau
sering disebut rasio efisiensi. Menurut Riyanto (2001:235) adalah mengukur
sejauh mana efektivitas perusahaan dalam menggunakan sumber dayanya.
5)
Rasio Pasar
Rasio pasar mengukur harga pasar
relatif terhadap nilai buku.
Sudut
pandang rasio ini lebih banyak berdasar pada sudut investor (atau calon
investor), meskipun pihak manajemen juga berkepentingan terhadap rasio‑rasio
ini.
4. Macam-macam
Analisis Rasio
Dilihat dari sumbernya rasio
dibagi menjadi 3 :
a. Rasio-Rasio
Neraca
Adalah
rasio-rasio yg disusun dari data yg berasal dari neraca misalnya; current ratio, Acid test-ratio, , current
assets to total assets ratio, current lialibilities to total assets ratio dan
lain sebagainya.
b. Rasio
Statemen Rugi-Laba
Rasio-rasio yang disusun berdasarkan income
statements, misalnya gross profit margin, net operating margin, operating
ratio, dan lain sebagainya.
c. Rasio-Rasio
Antar Statemen Keuangan
Adalah rasio
keuangan yang disusun berdasarkan Neraca dan data lainnya yg berasal dari
income statement, misalnya assets turnover, inventory turnover,
receivables turnover dan sebagainya.
5. Perhitungan
Beberapa Analisis Rasio
Contoh :
Neraca
PT ABC
PER
31 DESEMBER 2001
(
dalam ribuan rupiah )
Aktiva
Lancar
|
Hutang
lancar
|
||
Kas
|
200.000
|
Hutang
dagang
|
300.000
|
Efek
|
200.000
|
Hutang
wesel
|
100.000
|
Piutang
|
160.000
|
Hutang
Pajak
|
160.000
|
Persediaan
|
840.000
|
||
Jumlah
A.L.
|
1.400.000
|
Jumlah
H.L.
|
560.000
|
Aktiva
Tetap
|
Hutang
jk. Panjang
|
||
Mesin
|
700.000
|
Obligasi
|
600.000
|
Akum.
Penyusutan
|
100.000
|
||
600.000
|
Modal
sendiri
|
||
Bangunan
|
1.000.000
|
Modal
saham
|
1.200.000
|
Akum.
Penyusutan
|
200.000
|
Agio
saham
|
200.000
|
800.000
|
1.400.000
|
||
Tanah
|
100.000
|
Laba
ditahan
|
440.000
|
Intangibles
|
100.000
|
||
Jumlah
A.T.
|
1.600.000
|
Juml.
Modal sendiri
|
1.840.000
|
Jumlah
Aktiva
|
3.000.000
|
Jumlah
pasiva
|
3.000.000
|
Statemen Laba – Rugi
PT ABC
Periode 31 Desember 2001
( dalam ribuan rupiah )
Penjualan
|
4.000.000
|
Harga
pokok penjualan
|
3.000.000
|
Laba
kotor
|
1.000.000
|
Biaya-biaya
|
570.000
|
Keuntungan
sebelum bunga & pajak
|
430.000
|
Bi.
Bunga obligasi ( 5 % x Rp 600.000 )
|
30.000
|
Keuntungan
sebelum pajak
|
400.000
|
Pajak
penghasilan
|
160.000
|
Keuntungan
bersih setelah pajak
|
240.000
|
Perhitungan
analisis rasio sebagai berikut :
RASIO KEUANGAN |
METODE PERHITUNGAN |
INTERPRETASI |
1)
RASIO LIKUIDITAS
a)
Current Ratio
|
Aktiva Lancar
--------------------
Hutang Lancar
1.400.000
------------- = 2,5
: 1 = 250%
560.000
|
Kemampuan
untuk membayar hutang yang segera harus dipenuhi dengan aktiva lancar. Setiap
hutang Lancar Rp 1,00 dijamin oleh oleh aktiva lancar Rp 2,50
|
b)
Cash Ratio
|
Kas + Efek = 400.000 =HL 560.000
= 0,71 atau 71%
|
Kemampuan
membayar utang dengan segara yang harus dipenuhi dengan kas yang tersedia dalam perusahaan
dan efek yang segera dapat diuangkan.
Setiap hutang
Lancar Rp1,00 dijamin oleh kas dan efek Rp 0,71
|
c)
Quick ratio (Acid Test ratio)
|
Kas +Efek + Hutang
Hutang Lancar
200.000 + 200.000 + 160.000
560.000
= 1 : 1
atau 100%
|
·
Kemampuan untuk membayar utang
yg segera hrs dipenuhi
· Dg aktiva lancar yg
lebih likuid.
· Setiap utang lancar
Rp 1,00 dijamin dengan quick assets
1,00
|
d)
Working Capital to
Total Assets Ratio
|
Aktiva Lancar – Ht Lancar
Jumlah Aktiva
1.400.000 – 560.000
3.000.000
= 0, 28 : 1 atau 28 %
|
Likuiditas
darin total aktiva dan posisi modal
kerja neto.
Setiap Rp 1,
00 assets perusahaan Rp 0,28 terdiri
dari modal kerja (aktiva lancar)
|
2)
RATIO LEVERAGE
a)
Total Debt to Equity Ratio
|
H Lancar + H JK PanjangJml Modal Sendiri
560.000 + 600.000
1840.000
= 0,63 : 1 atau 63 %
|
Bagian setiap
rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan untuk keseluruhan hutang.
63% dari
setiap rupiah modal sendiri menjadi jaminan utang.
|
b) Total
debt to total capital Assets
|
Utg Lancar + Utg JK PJ
Jumlah Modal/Aktiva
560.000 + 600.000
3.000.000
= 0,39 : 1 atau 39%
|
Beberapa
bagiam dari keseluruhan dana yang
dibelanjai dengan utang. Atau
Berapa bagian
dari aktiva yang digunakan untuk menjamin utang.
39 % dari
setiap aktiva digunakan untuk menjamin utang
|
c)
Long Term Debt To
Equity
ratio
|
Hutag JK Panjang
Modal Sendiri
600.000
--------------- = 0,33 : 1
= 33%
1.840.000
|
Bagian setiap
rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan
untuk hutang jk panjang.
33 % dari
setiap rupiah modal sendiri
Digunakan untuk
menjamin hutang jangka panjang.
|
d) Tangible Assets
Debt Coverage
|
Jml Aktiva - Intangibles HL
Hutang Jk Pjg
3.000.000 –
100.000 – 560.000
600.0000
2. 340.000
600.000
=
3,9 :1 atau 390%
|
Besarnya
aktiva tetap tangible yang digunakan
untuk menjamin hutang jangka panjang setiap rupiahnya
Setiap rupiah
Hutang JKPJ dijamin oleh aktiva tangible
sebesare RP 390
|
e)
Times Interest Earned Ratio
|
EBIT
Bunga HTG JK panjang
430.000
= 14,3 X
30.000
|
Besarnya jaminan
keuntungan
yang digunakan untuk membayar bunga Hutang JK PJG
|
3)
RASIO AKTIVITAS
a)
Total Assts Turn Over
|
Penjualan Neto 400.000
--------------------- = ------------
Jumlah Aktiva 300.000
=
1,33
|
Kemampuan dana
yang tertanam dlm keseluruhan aktivaberputar dalam satu periode tertentu,
Atau kemampuan dana yang diinvestasi- kan untuk menghasilkan revenue.
Dana yang
tertanam dalam keseluruhan aktiva
rata-rata dlm 1 thn berputar
1,33X. Atau setiap 1 Rupiah setiap thn dpt meng- hasilkan Rp1,33
|
b) Receivable
Torn Over
|
Penjualan Kredit
------------------------
Piutang Rata-rata
4.000.000
------------------------ = 25 X
160.000
|
Kemampuan dana yang tertanam
dalam piutang berputar dalam suatu periode tertentu.
Dalam satu
tahun rata-rata dana yang tertanam dalam piutang berputar selama 25X
|
c)
Average Collection Period
|
Piutang rata-rata X
360
Penjualan Kredit
160.000 X 360
------------------ = 14,4 hari
4.000.000
|
Periode
rata-rata yang dibutuhkan dalam pengumpulan pihutang
Piutang
rata-rata dikumpulkan setiap 15 hari sekali.
|
d)
Inventory Turn Over
|
Harga Pokok
Penjualan
---------------------------------
Inventory Rata-Rata
= 3000.000.
------------- = 3,6 X
840.000
|
Kemampuan dana
yang tertanam dalam inventory berputar dalam satu periode tertentu.
Dana yang
tertanam dalam inventory berputar
rata-rata 3,6 X dalam satu tahun.
|
e) Average
Day’s Inventory
|
Inventory rata-rata
X 360
-----------------------------------
Harga Pokok
Penjualan
840.000 X 360
------------------- = 10 hari
3.000.000
|
Periode
rata-rata persediaan berada di gudang .
Inventory
berada di gudang rata-rata selama 10 hari.
|
f)
Working Capital Turn over
|
Penjualan Netto
----------------------------------
Aktiva lancar – H Lancar
4.000.000
·
--------------------------
1.400.000 – 560.000
= 4,76 X
atau 4,8 X
|
Kemampuan modal keja perusahaan
berputar dalam satu periode siklus kas perusahaan
Dana yang
tertanam dalam modal kerja berputar
rata-rata 4,8 X dalam satu tahun.
|
4) RASIO KEUNTUNGAN
a)
Gross Profit Margin
|
Penjualan Neto – Harga
Pokok Penjualan
----------------------------------
Penjualan Neto
4.000.000 – 3.000.000
-------------------------- X 100 %
4.000.000
= 25%
|
Laba Bruto per
rupiah penjualan
Setiap
Penjualan menghasilkan laba bruto Rp 0,25.
|
b)
Operating Income Ratio ( Operating Profit Margin)
|
Penjualan Neto – Harga pokok
Penjualan – Biaya
ADM dan
Umum
----------------------------------------
Penjualan Netto
4.000.000 – 3.000.000 –570.000
---------------------------------------
4.000.000
= 10, 75%
|
Laba sebelum
Bunga dan Pajak (net operating income)
oleh setiap rupiah penjualan
Setiap rupiah
penjualan menghasilkan laba operasi Rp 0,11.
|
c)
Operating Ratio
|
Hrg Pokok P
enjualan + Biaya ADM + Biaya Penj + Biaya Umum
---------------------------------------
Penjualan Neto
3.000.000 + 570.000
------------------------- = 89,25 %
4.000.000
|
Biaya operasi per rupiah
penjualan .
Setiap rupiah penjualan
memerlukan biaya Rp 0,89
Makin besar
rasio makin buruk
|
d)
Net Profit Margin
|
Keuntungan
Neto sesudah Pajak
--------------------------------------
Penjualan Neto
240.000
---------------------- = 6 %
4.000.000
|
Keuntungan neto
per rupiah penjualan
Setiap rupiah
penjualan menghsilkan keuntungan neto sebesar Rp 0,06
|
e)
Earning Power of Total Investmen
rate of return of total assets)
|
EBIT
--------------------------
JML AKTIVA
430.000
------------------ = 14,3 %
3.000.000
|
Kemampuan
modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan
Aktiva untuk menghasilkan keuntungan bagi semua
investor.
Setiap satu
rupiah modal yang diinvestasikan menghasilkan keuntungan Rp 0,14 untuk semua investor.
|
f)
Net Earning Power ratio /
Return
On Investment (ROI)
|
Earninf After Tax
-----------------------------
Jumlah Aktiva
240.000
= -------------------- = 8%
3.000.000
|
Kemampuan modal
yang diinvestasikan
Dalam
keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan neto
|
g)
Rate of Return for
the Owners
(Rate of Return on Net Worth)
|
Earning
After Tax
----------------------------
ML
Modas Sendiri
240.000
= ---------------- = 13 %
1.840. 000
|
Kemampuan
modal sendiri dalam menghasilkan keuntungan bagi pemegang saham preferen dan
biasa.
Setiap rupiah
modal sendiri menghasilkan keuntungan neto Rp 0,13 yg tersedia bagi pemegang
shm preferen dan biasa
|
Pendekatan lain
dalam analisis laporan keuangan
Langkah pertama
: Pengelompokkan Pengukuran dalam 3 aspek
a)
Ukuran kinerja
b)
Ukuran Efisiensi Operasi
c)
Ukuran Kebijakan Keuangan
1.
Ukuran kinerja dianalisis dalam tiga kelompok:
a)
ratio profitabilitas
b)
ratio pertumbuhan
c)
ratio Penilaian
UKURAN
KINERJA/RATIOKEUANGAN
|
METODE
PERHITUNGAN
|
INTERPRETASI
|
a) RATIO PROFITABILITAS
|
||
1. Kinerja
laba operasi Laba Operasi Bersih (NOI)/Penjualan
|
Laba Operasi
Bersih
----------------------------
Penjualan
$ 700,8
=
---------------- = 15,2 %
$ 4.620,0
|
Kemampuan
penjualan untuk menghasilkan laba bersih.
Setiap satu
dollar penjualan mampu menghasilkan laba operasi bersih $ 0.13
|
2. Hasil pengembalian atas total aktiva (ROI)
Laba operasi terhadap total aktiva
|
Laba Operasi
Bersih
----------------------------
Aktiva
$ 700,8
=
---------------- = 20%
$ 3.390,4
|
Kemampuan
penggunaan aktiva untuk menghasilkan
laba operasi bersih.
Setiap satu
dollar aktiva mampu
menghasilkan laba operasi bersih
$ 0.20
|
3. Laba Operasi Bersih
terhadap Total Modal
|
Laba Operasi
Bersih
----------------------------
Total Modal
(Total Modal / Hutang berbeban bunga atas
total modal bunga + ekuitas pemegang saham)
$ 700,8
=
---------------- = 28,2%
$ 2.484,0
|
Kemampuan
penggunaan modal untuk menghasilkan
laba operasi bersih.
Setiap satu
dollar modal mampu
menghasilkan laba operasi bersih
$ 0.28
|
4. Laba bersih terhadap penjualan / Marjin laba atas penjualan
|
Laba Bersih
----------------------------
Penjualan
$ 470,2
=
---------------- = 10,2%
$ 4.620,0
|
Kemampuan
penjualan dalam menghasilkan
laba bersih.
Setiap satu
dollar penjualan mampu menghasilkan laba bersih
$ 0.28
|
5. Hasil pengembalian atas
equitas / Return on Equity hasil pengembalian atas equitas
|
Laba
Bersih
----------------------------
Equitas
pemegang saham
$ 470,2
=
---------------- = 28,8 %
$ 1.634,4
|
Mengukur
pengembalian nilai buku kepada pemilik perusahaan.
Setiap satu
dollar Equitas mampu menghasilkan laba bersih
$ 0,288
|
6. Tingkat
profitabilitas marjinal
|
Perubahan
NOI
----------------------------
Perubahan
total modal
$ 237,6
=
---------------- = 18,4 %
$ 1292,1
|
Mengukur
perubahan margin profitabilitas dari beberapa periode.
Margin
profitabilitas dari periode (lima tahun terakhir) 18,4%
|
7. Hasil pengembalian Marginal atas Equitas / Marginal return to
equity)
|
Perubahan NI
----------------------------
Perubahan
equitas
$ 219,7
=
---------------- = 15,3 %
$ 1147,2
|
Marginal
return to equity 15,3%
|
b)
Rasio Pertumbuhan
|
Pertumbuhan
penjualan, Laba Operasi bersih, Laba bersih, Laba per saham da dividen per
saham
|
|
c)
Rasio Penilaian
|
||
1. Rasio
harga/laba
Harga pasar
per saham terhadap laba per saham (price /earning ratio atau P/E ratio
|
Harga pasar per
saham
----------------------------
Laba per saham
$ 69.69
=
---------------- = 15,9 %
$ 3,85
|
Semakin tinggi
risiko tinggi faktor diskonto dan semakin rendah rasio P/E, semakin tinggi
P/E, maka semakin bagus sebuah perusahaan.
|
2. Rasio Harga
Pasar terhadap nilai Buku (market –to – book – value)
|
Harga pasar per
saham
----------------------------
Nilai buku ekuitas
$ 69.69
=
---------------- = 5,2 %
$ 13,41
|
Mengukur nilai
yang diberikan pasar keuangan kepada manajemen dan organisasi perusahaan
sebagai sebuah perusahaan yang terus tumbuh.
|
2.
Ukuran Efisiensi Operasi
Mengukur rasio aktivitas atau rasio perputaran adalah mengukur seberapa
efektif perusahaan memanfaatkan investasi dan sumber daya ekonomis yang
dimilikinya.
UKURAN
KINERJA/RATIOKEUANGAN
|
||
METODE PERHITUNGAN
|
INTEPRETASI
|
|
Perputaran
Persediaan
|
Harga Pokok
Penjualan
----------------------------
Persediaan
$ 700,8
=
---------------- = 15,2 %
$ 4.620,0
|
Sama dengan di
atas (aspek yang lain)
|
3.
Ukuran Kebijakan Keuangan
Mengukur sampai seberapa jauh total aktiva dibiayai oleh pemilik, jika
dibandingkan dengan pembiayaan yang disediakan oleh para kreditur.
UKURAN
KINERJA/RATIOKEUANGAN
|
||
METODE PERHITUNGAN
|
INTEPRETASI
|
|
a)
Faktor leverage
|
Total Aktiva
----------------------------
Ekuitas
$ 3.390
=
---------------- = 2,07
$ 1.6334,4
|
Menegukur
sampai seberapa jauh investasi ekuitas pemegang saham diperbesar oleh penggunaan
penggunaan hutang dalam membiaya total aktiva.
|
II.
Analisis Perbandingan Laporan Keuangan
A.
Analisis Perbandingan Laporan Keuangan
Beberapa
isu yang harus dipertimbangkan dalam analisis laporan keuangan agar laporan
keuangan bisa diperbandingkan (comparable).
Analisis
berdasarkan laporan keuangan yang melibatkan beberapa perbandingan baik
terhadap perusahaan lainnya atau terhadap data pada periode-periodde
sebelumnya. Agar perbandingan bisa konsisten beberapa isu bisa dilihat sebagai
berikut:
1.
Laporan Keuangan Yang Disesuaikan Kembali
Ada beberapa
situasi dimana perusahaan diharuskan menyesuaikan kembali laporan keuangan
periode yang lalu :
a. Jika perusahaan pada periode sekarang
memutuskan untuk menghentikan lini bisnis tertentu, maka pendapatan dan biaya
yang berkaitan dengan lini bisnis tersebut dan laba atau rugi yang diharapkan
yang disebabkann pelepasan lini bisnis yang akan dihentikan tersebut.
b. Jika perusahaan bergabung dengan perusahaan
lain dalam transaksi yang masuk pada kategori pooling of interests,
maka laporan keuangan lama (periode lalu) harus menyesuaikan laporan keuangan
yang baru seperti kalau kedua perusahaan teesebut bergabung sejak dulu.
c. Perubahan-perubahan prinsip akuntansi (misal ,
perubahan dari LIFO menjadi FIFO) mengharuskan perusahaan menyesuaikan
kembali laporan keuangan masa lalunya supaya mencerminkan prinsip yang baru
tersebut.
2.
Perbedaan dan perbandingan dalam laporan keuangan antara lain:
a)
Perbedaan Klasifikasi Rekening (Akun)
Seringkali perusahaan melakukan klasifikasi item-item atau
rekening dalam laporan keuangan berbeda satu sama lain.sebagai contoh,
barangkali suatu perusahaan melaporkan biaya depresiasi dan amortisasisecara
terpisah, perusahaan lain mengalokasikan biaya tersebut ke harga pokok
penjualan.
b)
Perbedaan Prinsip-Prinsip Akuntansi
Sumber lain yang menyebabakan data berbeda satu sama lain adalah penggunaan
prinsip-prinsip akuntansi yang berbeda.dalambatasan yang telah ditentukan
prinsip akuntansi, perusahaan masih mempunyai beberapa alternatif
penggunaan metode atau prinsip akuntansi yang di pakai uuntuk pelaporan
keuangan.
c)
Perbedaan Penanggalan Laporan Keuangan
Meskipun kebanyakan laporan keuanganmenggunakan Desesmber sebagai akhir
periode, tetapi ada pula perusahaan yang menggunakan penanggalan akhir periode
bulan yang lain.pilihan ini semakin populer apabila perusahaan ingin
menyesuaikan laporan keuangannya dengan siklus musiman bisnis.
d)
Perbandingan Dengan Data Historis dan Perbandingan Dengan Perusahaan
Lain.
Rasio-rasio atau data-data keuangan yang telah dihitung untuk suatu
perusahaan bisa dibandingkan dengan data masa lalu dan juga dengan data keungan
perusahaan lain agar diperolehinterpretasi yang lebih baik.
Dalam analisis semacam itu analisis itu analisis harus memperhatikan
faktor-faktor yang akan berpengaruh besar terhadap peerilaku data,
dan bisa menjadi dasar interpretasi keuangan perusahaan.contoh:
Ø
Perubahan lini produk yang signifikan, misal melalui akuisisi atau
penjualan anak perusahaan. Kejadian semacam ini tentu akan mempengaruhi trendata keuangan
dan akan mempengaruhi analisis perbandingan dengan data masa lalu.
Ø
Perubahan prinsip dan metode akuntansi. Perubahan ini akan mempengaruhi
data time series.
Analisis laporan keuangan memerlukan perbandingan karena angka yang
berdiri sendiri sulit dikatakan baik/buruk. Perbandingan biasanya menggunakan
rata-rata industri. Analisis perbandingan laporan keuangan menggunakan analisis
Common size, analisis rasio, dan analisis du pont.
Data laporan keuangan sering digunakan
dalam model perbandingan, seperti :
Ø Aplikasi cross-sectional: perbandingan antara satu
entitas dengan entitas lain pada titik waktu yang sama
Ø Aplikasi time-series: perbandingan dari satu entitas
pada titik waktu yang berbeda.
Analisis cross-sectional digunakan di
banyak area, misalnya:
a)
Analisis penilaian untuk merger atau
akuisisi di mana laporan keuangan perusahaan lain digunakan untuk membuat
kesimpulan tentang undervaluation atau overvaluation dari target perusahaan
atau divisi
b)
Evaluasi kinerja manajemen dan kompensasi
eksekutif di mana satu input adalah profitabilitas perusahaan dibandingkan
dengan tolok ukur perusahaan yang beroperasi dalam lingkungan kompetitif yang
sama
d)
Keputusan kebijakan publik tentang
kelebihan laba pajak perundang-undangan di mana satu input adalah
profitabilitas perusahaan dalam satu industri dibandingkan dengan perusahaan
dalam industri lain.
3.
Kriteria yang Digunakan Untuk Memilih
Perbandingan
Banyak konteks keputusan menggunakan
analisis cross-sectional untuk membandingkan entitas yang "serupa"
setidaknya dalam satu atribut. Pendekatan-pendekatan alternatif untuk
mendefinisikan entitas "serupa" diilustrasikan sebagai berikut :
a.
Kesamaan pada sisi penawaran. Perusahaan
dapat dikelompokkan atas dasar kesamaan kepemilikan bahan baku, proses produksi
yang serupa, jaringan distribusi yang mirip, dan sebagainya. Sisi penawaran ini
fokus digunakan dalam skema Enterprise Standard Industrial Classification (SIC)
untuk mendefinisikan industri; faktor utama yang dipertimbangkan adalah
"fisik atau teknologi struktur" dan "homogenitas produksi."
Skema The Enterprise SIC bertujuan untuk mengelompokkan seluruh perusahaan
menjadi dua -, tiga-, dan empat digit industri.
b.
Kesamaan pada sisi permintaan. Pendekatan
ini menekankan "serupa" dalam hal produk akhir dan kesamaan persepsi
pelanggan terhadap produk substitusi. Walaupun fokus perbandingan sisi
permintaan biasanya adalah pada level produk, perbandingan dapat dibuat antara
perusahaan yang memproduksi produk serupa. Perbandingan dapat memiliki
perspektif jangka pendek atau perspektif jangka panjang.
c.
Kesamaan pada atribut pasar modal. Dari
perspektif investasi, saham yang memiliki atribut yang sama seperti risiko,
rasio price-to-earnings, atau kapitalisasi pasar mungkin menarik.
d.
Kesamaan dalam kepemilikan hukum.
Manajerial perlu menggunakan analisis cross-sectional dalam mengalokasikan
sumber daya antara anak perusahaan yang berbeda (atau jalur bisnis). Anak
perusahaan tersebut mungkin sangat beragam dalam karakteristik sisi penawaran
dan sisi permintaan karakteristik.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Analisis
keuangan sangat penting untuk diterapkan dal sistem suatu perusahaan. Karena
dengan menggunakan analisis keuangan ini perusahaan dapat mengetahui keuntungan
dan kerugian yang dicapai perusahaan dalam suatu periode.
Analisis
laporan keuangan adalah suatu proses penelitian laporan keuangan beserta
unsure-unsurnya yang bertujuan untuk mengevaluasi dan memprediksi kondisi
keuangan perusahaan atau badan usaha dan juga mengevaluasi hasil-hasil yang
telah dicapai perusahaan atau badan usaha pada masa lalu dan sekarang.
Analisis Common
Size adalah analisis yang disusun dengan menghitung tiap-tiap rekening dalam
laporan laba-rugi dan neraca menjadi proporsi dari total penjualan (untuk
laporan laba-rugi) atau dari total aktiva (untuk neraca).
Analisa rasio adalah analisis yang menghubungkan perkiraan
neraca dan laporan laba rugi terhadap satu dengan yang lainnya, yang memberikan
gambaran tentang sejarah perusahaan serta penilaian terhadap suatu perusahaan
tertentu.
Beberapa isu yang harus dipertimbangkan dalam analisis
laporan keuangan agar laporan keuangan bis diperbandingkan (comparable).
Analisis berdasarkan laporan keuangan yang melibatkan beberapa perbandingan
baik terhadap perusahaan lainnya atau terhadap data pada periode-periodde
sebelumnya.
B. SARAN
Saran saya sebuah
perusahaan harus menggunakan Analisis Laporan Keuangan dalam sistem operasional
perusahaannya,dan juga perusahaan tersebut harus memilih seorang analis yang
mampu untuk menganalisis data perusahaan sehingga dapat mencapai tujuan
yang telah direncanakan atau akan memperoleh hasil yang memuaskan.
DAFTAR PUSTAKA
Darminto, Dwi P. 2011. Analisis Laporan Keuangan: Konsep dan
Aplikasi. Edisi Ketiga. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
Hanafi, Mamduh M. dan Abdul
Halim. 2005. Analisis Laporan Keuangan.
Edisi Kedua. Yogyakarta: UPP-AMP YKPN.
Hutapea, Agnes. 2007. Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta : Zenith Publisher.
Jusuf, Permana. ddk, 2006. Prinsip-Prinsip Akuntansi. Jakarta : Salemba Empat.
Muhamad, Aliminsyah Ddk,
2003. Pengantar Akuntansi. Edisi Ketujuh. Jilid 1. Jakarta :
Erlangga.
0 komentar:
Posting Komentar